Kamis, 09 Juli 2015

Do'a Setelah Takhiyat Akhir sebelum Salam

Berikut adalah do'a yang dipanjatkan ketika selesai membaca tahiyat akhir sebelum salam didalam sholat. Semoga bermanfaat. 

Selamat datang cinta... Ku ukir sejarah bersamamu.. Merajut bahagia menuju surgaNya

Alhamdulillah puji syukur kepada Alloh yg telah memeberikan ketenangan hati, memberikan cinta dan sayangnya untukku.. Memberikan orang2 hebat disisiku. Bapak ibu adek mbah semuanya.. Love my family. Terimakasih Alloh semoga ini semua menjadikanku hambamu yg senantiasa mensyukuri segala nikmatMu.
Tepat hari selasa tgl 16 Mei 2015, ya yang selanjutnya tanggal ini adalah tanggal bersejarah dalam hidupku, dimana dikalender tertulis pada tgl itu diperingati hari isra' mi'raj agam Islam, Engkau pun berisra' mi'raj dari kota lamongan  kampung halaman yg katamu penuh kenangan, karna memang masa kecilmu engkau habiskan di kota itu menuju kota ponorogo yang kata orang ponorogo kota warok terkenal dgn reognya.
Ya. Malam ini kau datang bersama keluargamu menepati janjimu yg dlu pernah kau ucapkan untukku. Ya benar untuk mempersuntingku dan menghalalkanku untuk kau jadikan istrimu. Waktupun terasa berlari, begitupun degup jantung ini berlari semakin kencang dan kencang.
Tiba lah saat kau ucap janji suci, janji dimana kau pertaruhkan seluruh hidupmu untuk menanggungku kelak, menanggung dosa2ku dan anak2ku, janji yg tdk mudah, karna pada saat janji itu kau ucapkan arsyi Allohpun bergetar menjadi saksi janji suci.
Sah.... Tiga huruf itu menjadi bukti bahwa mulai hari aku halal untukmu.
Alhmdulillahi rabbil'alamiin. Kata inilah yg berulang kali terucap dibibirmu pun dihatiku.
Mulai saat ini yg dulunya aku menjadi tanggungan bapak dan ibuku, sekarang kau yg akan menanggungku. Kupanggil kau suamiku ( untuk seterusnya).
Suamiku... Terimakasih telah memilihku untuk menjadi istrimu. Aku bukan org yg sempurna layaknya khadijah, aisyah, maupun fatimah. Namun aku hanyalah wanita yg berusaha untuk menjadi istri yg sholehah untukmu dan bunda yg sholehah untuk anak2 mu. Bimbing aku untuk menjadi istri yg sholehah yg kelak dapat mencium wanginya surgaNya. Akupun tahu kau tak sesempurna abu bakar, ustman ataupun ali, tpi aku yakin engkau adalah lelaki terhebat yg dikirim tuhan khusus untukku. Aku akan selalu mendukungmu untuk berjuang dijalan Alloh menggapai ridhoNya.
Suamiku... Jalan yg akan kita lalui kedepan tidakvmudah, kerikil-kerikil kecil bahkan batu akan kita lewati,kita tahu itu, tpi yakinlah insyllh apapun tantangan yg diberikanNya untuk kita, dgn iman dan cinta kita pasti bisa menang menghadapi tantangan itu. Jika aku lupa ingatkan aku bimbinglah aku. Karna surgaku ada padamu.
Suamiku.... Pintaku Semoga cinta kita kelak bermuara di dermaga surgaNya. Amiiiinn
#latepost


Jumat, 20 Februari 2015

with you ... yes with you ...

advance ,, I sometimes restlessness who will be my companion in the future , over time you come up with various dreams and despair , initially I had no idea , until finally I decided to come drifting in your despair. I 've never been a sense of sadness me happy , with you , yes with you. time passed , until I thought you were the one who deserve for me . God creating man pairing pairs . This is a definite statement . because god has menulusnya in al quran . and I believe that God could not create sadly that is not accompanied with pleasure , may not create the earth without creating the heavens , could not create tears without laughter , is not likely to create rich without adequacy .
you're my future husband .. guide me toward my god blessing . I'm sure with you I can be happy in this world and hereafter .

Kamis, 05 Februari 2015

Macam - macam Kepribadian

Secara umum kepribadian ada 4, yaitu :
1. Koleris : tipe ini bercirikan pribadi yang suka kemandirian, tegas, berapi-api, suka tantangan, bos atas dirinya sendiri.
2. Sanguinis : tipe ini bercirikan suka dengan hal praktis, happy dan ceria selalu, suka kejutan, suka sekali dengan kegiatan social dan bersenang-senang.
3. Phlegmatis : tipe ini bercirikan suka bekerjasama, menghindari konflik, tidak suka perubahan mendadak, teman bicara yang enak, menyukai hal yang pasti.
4. Melankolis : tipe ini bercirikan suka dengan hal detil, menyimpan kemarahan, Perfection, suka instruksi yang jelas, kegiatan rutin sangat disukai.
Termasuk yang manakah dirimu???????

Kamis, 29 Januari 2015

Nasihat Kubur

Nasihat Kubur:
1). Aku adalah tempat yg paling gelap di antara yang gelap, maka terangilah aku dgn TAHAJUD.
2). Aku adalah tempat yang paling sempit, maka LUASKAN aku dengan ber SILATURAHIM.
3). Aku adalah tempat yang paling sepi maka RAMAIkanlah aku dengan perbanyak baca AL-QUR'AN.
4). Aku adalah tempatnya binatang-binatang yang menjijikan maka racunilah ia dengan Amal SEDEKAH
5). Aku yang menyepitkanmu hingga hancur bilamana tidak Solat, bebaskan sempitan itu dengan SOLAT
6). Aku adalah tempat untuk merendammu dengan cairan yang sangat amat sakit, bebaskan rendaman itu dengan PUASA..
7). Aku adalah tempat Munkar dan Nakir bertanya, maka Persiapkanlah jawapanmu dengan Perbanyak mengucapkan Kalimah "LAILAHAILALLAH"..

Rabu, 07 Januari 2015

Aliran Filsafat Pendidikan: Perennial-esensial Salafi, Perennial-esensial Mazhabi, Modernis, Perennial-esensialis kontekstual-falsifikatif, Rekonstruksi-sosial.

Aliran Filsafat Pendidikan:
Perennial-esensial Salafi, Perennial-esensial Mazhabi, Modernis, Perennial-esensialis kontekstual-falsifikatif, Rekonstruksi-sosial.

Disusun untuk memenuhi tugas Mata kuliah
Filsafat Pendidikan Islam

Bersama:
DR. M. Miftahul Ulum, M. Ag





Oleh:
Retno Styaningrum, S.Si
NIM. 13160003

MAGISTER PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
PROGRAM PASCA SARJANA
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PONOROGO
2014


Aliran Filsafat Pendidikan:
Perennial-esensial Salafi, Perennial-esensial Mazhabi, Modernis, Perennial-esensialis kontekstual-falsifikatif, Rekonstruksi-sosial.
Oleh : Retno Styaningrum
A.      Pendahuluan
Dalam pemikiran (filsafat) pendidikan Islam, terdapat beberapa alur pemikiran dalam menjawab persoalan pendidikan. Seperti terdapat beberapa kelompok yang berusaha membangun konsep (filosofis) pendidikan Islam melalui Al-Qur’an dan sunnah sebagai sumber utama, selain itu juga mempertimbangkan kata sahabat, kemaslahatan sosial, nilai-nilai dan kebiasaan sosial, dan ada pula yang menerima setiap perubahan  dan perkembangan budaya baru yang dihadapinya untuk ditransformasikan  menjadi budaya yang Islami.
Berdasarkan beberapa alur pemikiran pendidikan Islam tersebut masih memungkinkan adanya corak atau aliran pemikiran yang lain. Berikut akan disajikan beberapa aliran pemikiran filsafat pendidikan Islam.
B.       Aliran Filsafat Pendidikan Islam
Pengembangan pemikiran (filosofis) pendidikan Islam dapat dicermati dari pola pemikiran Islam yang berkembang di belahan dunia Islam pada periode modern ini, terutama dalam menjawab tantangan  dan perubahan zaman serta era modernitas. Sehubungan dengan itu Abdullah (1996)  dalam Muhaimin (2004) mencermati adanya empat model pemikiran keIslaman, yaitu Model Tekstualis Salafi, Model Tradisionalis Mazhabi, Model Modernis, dan Model Neo Modernis.
Model pertama (Tekstualis Salafi) berupaya memahami ajaran-ajaran dan nilai-nilai mendasar yang terkandung dalam Al-Qur’an dan al sunnah al-sahihah dengan melepaskan diri dari dan kurang begitu mempertimbangkan situasi kongkrit dinamika pergumulan masyarakat muslim (era klasik maupun kontemporer) yang mengitarinya. Masyarakat ideal yang diidam-idamkan adalah masyarakat salaf, yakni struktur masyarakat era kenabian Muhammad saw dan para sahabat yang menyertainya. Rujukan utama pemikirannya adalah kitab suci Al-Qur’an dan kitab-kitab hadis, tanpa menggunakan pendekatan keilmuan yang lain. Dengan kata lain, model yang pertama ini sangat mementingkan dalil-dalil nash ayat-ayat al-Qur’an dan al-hadis.[1]
Model pertama ini berusaha menjadikan nash (ayat-ayat al-Qur’an dan al-sunnah) dengan tanpa menggunakan pendekatan keilmuan lain, dan menjadikan masyarakat salaf sebagai parameter untuk menjawab tantangan dan perubahan zaman serta era modernitas. Hal ini menunjukkan bahwa model tekstualis salafi lebih bersikap regresif dan konservatif.
Dalam konteks pemikiran filsafat pendidikan, terdapat dua mazhab yang lebih dekat dengan model tekstualis salafi, yaitu perenialism dan essensialism, terutama dilihat dari wataknya yang regresif dan konservatif. Hanya saja perenialism menghendaki agar kembali kepada jiwa yang menguasai abad pertengahan, sedangkan model tekstualis salafi menghendaki agar kembali ke masyarakat salaf (era kenabian dan sahabat). Tetapi pada intinya keduanya lebih berwatak regresif. Adapun essensialism menghendaki pendidikan yang bersendikan atas nilai-nilai yang tinggi, yang hakiki kedudukannya dalam kebudayaan, dan nilai-nilai ini hendaklah yang sampai kepada manusia melalui sivilisasi dan yang telah teruji oleh waktu. Model tekstualis salafi juga beranggapan bahwa nilai-nilai kehidupan pada masyarakat salaf perlu dijunjung tinggi dan dilestarikan keberadaannya hingga sekarang, baik nilai-nilai insaniyah maupun nilai-nilai Ilahiyah, karena masyarakat salaf dipandang sebagai masyarakat yang ideal. Karena itu keduanya juga bersifat konservatif, dalam arti sama-sama hendak mempertahankan nilai, kebiasaan dan tradisi masyarakat tedahulu.
Model kedua (Tradisionalis Mazhabi) berupaya memahami ajaran-ajaran dan nilai-nilai mendasar yang terkandung dalam al-Qur’an dan al-sunnah al shahihah melaluia bantuan khazanah pemikiran Islam klasik, namun seringkali kurang begitu mempertimbangkan situasi sosio-historis masyarakat setempat dimana ia turut hidup didalamnya. Hasil pemikiran ulama terdahulu dianggap sudah pastiatau absolut tanpa mempertimbangkan dimensi historisitasnya. Masyarakat muslim yang diidealkan adalah masyarakat muslim era klasik, dimana semua persoalan keagamaan dianggap telah dikupas habis oleh para ulama atau cendekiawan muslim terdahulu. Pola pikirnya selalu bertumpu pada hasil ijtihad ulama terdahulu dalam menyelesaikan persoalan ketuhanan, kemanusiaan dan kemasyarakatan pada umumnya. Kitab kuning menjadi rujukan pokok, dan sulit untuk keluar dari mazhab atau pemikiran keIslaman yang terbentuk beberapa abad yang lalu.[2]
Model Tradisionalis Mazhabi ini lebih menonjolkan wataknya yang tradisional dan mazhabi. Watak tradisionalnya diwujudkan dalam bentuk sikap dan cara berfikir serta bertindak yang selalu berpegang teguh pada nilai, norma, dan adat kebiasaan serta pola-pola pikir yang ada secara turun temurun dan tidak mudah terpengaruh oleh sosio-historis masyarakat yang telah berkembang. Sedangkan watak mazhabinya diwujudkan dalam bentuk kecenderungannya untuk mengikuti aliran/pemahaman sebelumnya yang dianggap sudah relatif mapan.
Model ketiga (Modernis) berupaya memahami ajaran-ajaran dan nilai mendasar yang terkandung dalam Al-Qur’an dan as Sunnah dengan hanya semata-mata mempertimbangkan kondisi dan tantangan  sosio-historis dan kultural yang dihadapi oleh masyarakat muslim kontemporer (era iptek dan modernitas pada umumnya), tanpa mempertimbangkan muatan-muatan khazanah intelektual muslim era klasik yang terkait dengan persoalan keagamaan dan kemasyarakatan (Muhaimin, 2004:53).
Model ini lebih bersifat ingin langsung memasuki teknologi modern tanpa mempertimbangkan khazanah intelektual muslim dan bangunan budaya masyarakat muslim yang telah terbentuk selama berabad-abad.
Model ke empat (Neo-Modernis) berupaya memahami ajaran-ajaran dan nilai-nilai mendasar yang terkandung dalam Al-Qur’an dan as Sunnah dengan mengikutsertakan dan mempertimbangkan khazanah intelektual muslim klasik serta mencermati kesulitan-kesulitan dan kemudahan-kemudahan yang ditawarkan oleh dunia teknologi modern. [3]
Jadi model keempat ini merupakan kebalikan dari model ketiga yaitu selalu mempertimbangkan Al-Qur’an dan as Sunnah, khazanah pemikiran islam klasik, serta pendekatan-pendekatan keilmuan yang muncul pada abad 19 dan 20. Tipologi ini memerlukan adanya pemikir, pemerhati dan pengembang pendidikan Islam untuk mendudukkan pemikiran dan pengembangan pendidikan yang dilakukan pada era kenabian dan sahabat serta oleh para ulama terdahulu (pasca salafi) sebagai pengalaman mereka dalam konteks ruang dan zamannya, untuk selanjutnya perlu dilakukan uji falsifikasi, agar ditemukan relevan atau tidaknya dengan konteks sekarang dan yang akan datang. Hal-hal yang relevan akan dilestarikan, sebaliknya hal-hal yang dianggap kurang relevan akan decarikan alternatif lain atau dilakukan  rekonstruksi tertentu dalam konteks pendidikan masyarakat muslim kontemporer. Tipologi ini dikategorikan sebagai tipologi perenial-esensial kontekstual falsifikasi.
Tipologi ini lebih bersifat kritis karena adanya upaya kontekstualisasi dan falsifikasi, dan lebih bersifat komprehensif dan integratif dalam membangun kerangka filsafat pendidikan Islam.
Beberapa tipologi yang telah diuraiakan agaknya masih lebih mengembangkan wawasan kependidikan Islam masa lalu dan sekarang, dan kurang menyentuh wawasan antisipasi masa depan. Perenial-esensial salafi dan perenial esensial mazhabi lebih menonjolkan wawasan kependidikan islam masa lalu, Modernis lebih menonjolkan wawasan kependidikan Islam masa sekarang, sedangkan perenial esensial kontekstual falsifikatif mengambil jalan tengah antara kembali ke masa lalu dengan jalan melakukan kontekstualisasi serta uji falsifikasi dan mengembangkan wawasan kependidikan Islam masa sekarang selaras dengan tutntutan zaman.
Di lain pihak, terdapat filsafat pendidikan yang hendak mengembangkan wawasan antisipasi masa depan, yang dikembangkan oleh Muhajir (2000) dalam Muhaimin (2004) sebagai Rekonstruksi Sosial. Hal ini didasarkan pada pemikiran bahwa manusia adalah konstruktivist, bahkan konstruktivist sosial. Pada era post modern dengan ciri percepatan perubahan ilmu pengetahuan dan teknologi dan perubahan infrastruktur sosial serta perkembangan tuntutan dunia kerja menjadi semakin penting memerlukan persiapan lebih intens. Dan yang lebih esensial lagi semua percepatan, perkembangan dan tuntutan tersebut semakin banyak yang tak terduga dan semakin eksponensial. Karena itu pendidikan bukan lagi sebatas pembekalan kemampuan menjadi konstruktivist sosial, melainkan membekalkan agar secara berkelanjutan mampu mengadakan rekonstruksi sosial.[4]
Filsafat pendidikan ini berangkat dari bottom-up yang dibangun dari grass root, dalam pluralisme, dan dalam konteks mengejar keunggulan. Berbeda halnya dengan rekonstruksi sosial tahun 1970-an yang top down dan lebih berorientasi ke teknis planning. Dalam pemikiran pendidikan tipologi ini lebih bersifat proaktif dan antisipatif. Dikatakan proaktif, karena ia berusaha untuk mencari jawaban dan sekaligus memperkirakan perkembangan ke depan atas situasi dan kondisi serta permasalahan yang ada. Dikatakan antisipatif, karena ia berusaha mengkondisikan situasi, kondisi dan faktor menjadi lebih ideal, sehingga permasalahan yang ada akan dipecahkan ke perubahan yang lebih ideal.
 Tipologi pemikiran (filsafat) pendidikan Islam menurut Muhaimin (2004):
No
Tipologi Pemikiran Pendidikan Islam
Parameter
Ciri-Ciri Pemikirannya
Fungsi Pendidikan Islam
1.
Perennial-esensialis salafi
§ Bersumber dari al-qur’an dan al-sunnah
§ regresif masa salaf
§ konservatif (mempertahankan dan melestarikan nilai-nilai era salafi)
§ wawasan kependidikan Islam yang berorientasi masa silam (era salaf)
§  
§ Menjawab persoalan pendidikan Islam dalam konteks wacana salafi
§ Memahami nash dengan kembali ke salafi secara tektual
§ Pemahaman ayat dengan ayat lain, ayat dengan hadis, hadis dengan hadis dan kurang adanya pengembangan dan elaborasi
§ Melstarikan  dan mempertahankan nilai dan budaya masyarakat salaf, karena ia dipandang sebagai masyarakat ideal.
§ Pengembangan potensi dan interaksinya dengan nilai dan budaya masyarakat era salaf.
2.
Perennial-esensialis Mazhabi
§ Bersumber dari al-qur’an dan al-sunnah
§ Regresif ke masa pasca salaf/klasik
§ Konservatif (mempertahankan dan melestarikan nili-nilai dan pemikiran para pendahulunya secara turun temurun)
§ Menekankan pada pemberian syarh dan hasyiyah terhadap pemikiran pendahulunya
§ Kurang ada keberanian mengkritisi stau mengubah substansi materi pemikiran para pendahulunya
§ Melestarikan dan mempertahankan nilai dan budaya serta trsdisi dari satu generasi ke generasi berikutnya.
§ Pengembangan potensi dan interaksinya dengan nilai dan budaya masyarakat terdahulu.
3.
Modernis
§ Mengikuti aliran, pemahaman dan pemikiran terdahulu hyang dianggap mapan.
§ Wawasan kependidikan Islam yang tradisional dan berorientasi masa silam
§ bersumber dari al-qur’an dan al-sunnah
§ bebas modikatif tapi terikat oleh nilai-nilai kebenaran universal (Allah)
§ progresif dan dinamis dalam menghadapi dan merespon tuntutan dan kebutuhan lingkungannya
§ wawasan kependidikan kontemporer
§ tidak berkepentingan untuk mempertahankan dan melestarikan pemikiran dan system pendidikan para pendahulunya.
§ Lapangdada dalam menerima dan mendengarkan pemikiran pendidikan dari manapun dan siapapun untuk kemajuan pendidikan Islam.
§ Selalu menyesuaikan dan melakukan penyesuaian kembali pendidikan Islam dengan tuntutan perubahan sosial dan perkembangan iptek
§ Pengembangan potensi individu secara optimal.
§ Interaksi potensi dengan tuntutan dan kebutuhan lingkungannya.
§ Rekontruksi pengalaman yang terus-menerus agar dapat berbuat sesuatu yang intelegen dan mampu melakukan penyesuaian dan penyesuaian kembali dengan tuntutan dan kebutuhan lingkungannya.
4.
Perennial-esensialis-kontekstual-falsifikatif
§ Bersumber dari al-qur’an dan al-sunnah
§ Regresif dan konservatif dengan melakukan kontekstualisasi dan uji falsifikasi.
§ Rekonstruktif yang kurang radikal
§ Wawasan kependidikan Islam yang concern terhadap kesinambungan pemikiran pendidikan Islam dlam merespon tuntutan perkembangan iptek dan perubahan sosial yang ada.

§ Menghargai pemikiran pendidikan Islam yang berkembang pada era salaf, klasik dan era pertengahan
§ Mendudukkan pemikiran pendidikan Islam era salaf dan klasik serta pertengahan dalam konteks ruang dan zamannya untuk difalsifikasi.
§ Rekontruksi pemikiran pendidikan Islam terdahulu yang dianggap kurang relevan dengan tuntutan dan kebutuhan era kontemporer.
§ Pengembangan era potensi
§ Interaksi potensi dengan tuntutan dan kebutuhan lingkungannya.
§ Melestarikan nilai-nilai Ilahiyah dan insaniyah sekaligus menumbuhkembangkannya dalam konteks perkembangan iptek dan perubahan sosial yang ada.
5.
Rekonstruksi Sosial
§ bersumber dari al-qur’an dan al-sunnah
§ progresif dan dinamis
§ rekonstruksi sosial berkelanjutan yang dibangun dari bottom up, grass root dan pluralism
§ wawasan kependidikan Islam yang proaktif dan antisipatif dalam menghadapi percepatan perkembangan iptek, tuntutan perubahan yang tak terduga dan eksponensial, atau berorientasi pada masa depan
§ Tidak menampilkan konstruk tertentu yang closed-ended, tapi konstruk yang terus dikembangkan bolak balik antara empiri dan konsep teori
§ Rekonstruksi sosial dikembangkan post-paradigmatik atau paradigmanya terus dikembangkan.
§ Komitmen terhadap perkembangan kreativitas yang berkelanjutan.
§ Dalam menghadapi keragaman budaya, moral hidup ditampilkan dalam a fair justice dan mampu membuat overlapping concensus tata nilai
§ Menumbuhkan kreatifitas peserta didik secra berkelanjutan.
§ Memperkaya khazanah budaya manusia, memperkaya isi nilai-nilai insane dan ilahi
§ Menyiapkan tenaga kerja produktif serta mengantisipasi masa depan atau member corak struktur kerja masa depan.
§ Ketiga fungsi tersebut intinya untuk mengembangkan manusia agar menjadi cakap atau kreatif untuk selanjutnya mampu bertanggungjawab terhadap pengambangan masyarakatnya.

Dari kelima tipologi tersebut diatas, dapat ditegaskan bahwa pada masing-masing tipologi terdapat titik temu dalam aspek rujukan utama mereka kepada fakta-fakta, informasi, pengetahuan serta ide-ide dan nilai-nilai esensial yang tertuang dan terkandung dalam Al-Qur’an dan As Sunnah. Perbedaan dari masing-masing tipologi tersebut terletak pada tekanannya dalam pengembangan wawasan kependidikan Islam dari rujukan utama tersebut.
C.      Kesimpulan
Tipologi perenial-esensialis salafi lebih menonjolkan wawasan kependidikan Islam era salaf, sehingga pendidikan Islam berfungsi sebagai upaya melestarikan dan mempertahankan nilai-nilai Ilahiyah dan insaniyah), kebiasaan dan tradisi masyarakat salaf (era kenabian dan sahabat), karena mereka dianggap masyarakat yang ideal.
Tipologi Perenial-esensial mazhabi lebih menonjolkan wawasan kependidikan Islam yang tradisioanal dan berkecenderungan untuk mengikuti aliran, pemahaman atau doktrin, serta pola-pola pemikiran sebelumnya yang dianggap sudah relatif mapan. Pendidikan Islam berfungsi untuk melestarikan dan mempertahankannya serta mengembangkannya melalui upaya-upaya  pemberian syarh dan hasyiyah,serta kurang ada keberanian untuk mengubah substansi materi pemikiran pendahulunya. Dengan kata lain, pendidikan Islam lebih berfungsi sebagai upaya mempertahankan dan mewariskan nilai, tradisi dan budaya dari generasi ke generasi berikutnya tanpa mempertimbangkan relevansinya dengan konteks perkembangan zaman dan era kontemporer yang dihadapinya.[5]
Tipologi modernis lebih menonjolkan wawasan kependidikan Islam yang bebas modifikatif, progresif dan dinamis dalam menghadapi dan merespon tuntutan dan kebutuhan dari lingkungannya, sehingga kependidikan Islam berfungsi sebagai upaya melakukan rekonstruksi pengalaman yang terus menerus, agar dapat berbuat sesuatu yang inteligen dan mampu mengadakan penyesuaian dan penyesuaian kembali sesuai dengan tuntutan dan kebutuhan dari lingkungan pada masa sekarang.
Tipologi perenial-esensial kontekstual falsifikatif mengambil jalan tengah antara kembali ke mas lalu dengan jalan melakukan kontekstualisasi serta uji falsifikasi dan mengembangkan wawasan-wawasan kependidikan Islam masa sekarang selaras dengan tuntutan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta perubahan sosial yang ada. Fungsi pendidikan Islam adalah sebagai upaya mempertahankan dan melestarikan nilai-nilai (Ilahiyah dan Insaniyah) dan sekaligus menumbuhkembangkannya dalam konteks perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta perubahan sosial yang ada.
Sedangkan tipologi rekonstruktif sosial lebih menonjolkan sikap proaktif dan antisipatifnya, sehingga tugas pendidikan adalah membantu agar manusia menjadi cakap dan selanjutnya mampu ikut bertanggungjawab terhadap pengembangan masyarakatnya. Untuk dapat melaksanakan tugas tersebut, maka fungsi pendidikan Islam adalah sebagai upaya menumbuhkan kreativitas peserta didik, memperkaya khazanah budaya manusia, memperkaya isi nilai-nili insani dan Ilahi, serta menyiapkan tenaga kerja produktif. Penyiapan tenaga produktif ini setidak-tidaknya mengandung dua makna, yaitu: (1) kerja produktif tidak hanya dalam arti ekonomik saja, melainkan juga dalam arti sosial , cultural dan lain-lain; dan (2) mengantisipasi masa depan, sehingga masa depan member corak struktur kerja masa depan.

Referensi :
Muhaimin, Wacana Pengembangan Pendidikan Islam, Surabaya, Pusat Studi Agama, Politik dan Masyarakat: 2004.



[1] Muhaimin, Wacana Pengembangan Pendidikan Islam, Surabaya, Pusat Studi Agama, Politik dan Masyarakat: 2004 : hal 50
[2] Muhaimin, Wacana Pengembangan Pendidikan Islam, Surabaya, Pusat Studi Agama, Politik dan Masyarakat: 2004 : hal 52
[3] Muhaimin, Wacana Pengembangan Pendidikan Islam, Surabaya, Pusat Studi Agama, Politik dan Masyarakat: 2004 : hal 56
[4] Muhaimin, Wacana Pengembangan Pendidikan Islam, Surabaya, Pusat Studi Agama, Politik dan Masyarakat: 2004 : hal
[5] Muhaimin, Wacana Pengembangan Pendidikan Islam, Surabaya, Pusat Studi Agama, Politik dan Masyarakat: 2004 : hal 61